Rabu, 14 Januari 2015

Entah Sedih atau Bahagia.


[Diikutkan dalam lomba ultah ke-4 Penerbit Haru]



Pagi yang cerah untuk hari yang spesial. Suara kokok seekor ayam yang baru saja bertambah usia terdengar lebih merdu dari kandang barunya—hadiah ulang tahun dari sang pemilik untuk ulang tahunnya yang keempat.
Seorang pria paru baya datang, dan membuka pintu kandang tersebut dengan sebuah senyuman, “Hallo, Haru. Bagaimana tidurmu? Pasti nyenyak, bukan?”
Haru, ayam itu mengepakkan sepasang sayapnya dengan riang, seolah mengatakan ‘Tentu saja, Tuan. Mimpiku lebih dari kata nyenyak’. Ia pun lantas dikeluarkan dari kandangya dan dibiarkan bergabung bersama teman-teman ayam lainnya. Berlari ke sana-kemari, berkokok, mematuk, dan bermain bersama.
Haru pun menceritakan tentang kandang barunya. Tentang betapa luas, nyaman, dan bagusnya kandang itu. Teman-temannya mendengarkan setiap cerita Haru dengan rasa bahagia yang tak kalah luar biasa. Mereka juga membayangkan, jika saja mereka dapat masuk dan bermalam di kandang Haru. Pasti menyenangkan!
Namun, entah mengapa Haru merasakan sesuatu yang aneh. Sesuatu yang janggal. Satu per satu temannya menghilang. Pergi dan tak kembali lagi. Haru pun merasa kehilangan dan mulai kesepian. Ia lantas berjalan ke dengan lunglai lalu teduduk pasrah. Ini hari bahagianya, lalu mengapa teman-temannya pergi begitu saja tanpa pamit dan tidak kembali lagi?
Hari beranjak sore, teman-teman Haru pun tidak ada yang kembali menampakkan diri. Kini, ia tinggal sendirian di tempat bermain tersebut. Sesekali, ia berkokok, seolah memanggil teman-temannya. Namun, tidak ada satupun yang menyahut. Pria paru baya itu kembali menghampirinya, menggendongnya dan membawanya kembali masuk ke dalam kandang. Haru hanya menurut dalam diam.
Lalu, sebelum menutup pintu kandang, pria tersebut menundukkan kepalanya seraya tersenyum, “Mulai besok kau akan menemukan teman-teman baru. Karena hari ini teman-temanmu sudah beralih ke tangan pemilik yang baru, barangkali ada diantara mereka yang sudah berpindah masuk ke dalam perut. Entahlah. Tapi, Haru. Aku tidak akan menjual atau memotongmu sampai kapanpu, karena kau adalah ayamku yang paling istimewa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar